Choir Gbi Bandung

Rabu, 28 Desember 2011

Renungan

share by Rinto Rain Barry Nainggolan
March 2, 2010 at 11:52pm

1 TESALONIKA 4 : 1 – 12

1 Akhirnya, saudara-saudara, kami minta dan nasihatkan kamu dalam Tuhan Yesus: Kamu telah mendengar dari kami bagaimana kamu harus hidup supaya berkenan kepada Allah. Hal itu memang telah kamu turuti, tetapi baiklah kamu melakukannya lebih bersungguh-sungguh lagi.
2 Kamu tahu juga petunjuk-petunjuk mana yang telah kami berikan kepadamu atas nama Tuhan Yesus.
3 Karena inilah kehendak Allah: pengudusanmu, yaitu supaya kamu menjauhi percabulan,
4 supaya kamu masing-masing mengambil seorang perempuan menjadi isterimu sendiri dan hidup di dalam pengudusan dan penghormatan,
5 bukan di dalam keinginan hawa nafsu, seperti yang dibuat oleh orang-orang yang tidak mengenal Allah,6 dan supaya dalam hal-hal ini orang jangan memperlakukan saudaranya dengan tidak baik atau memperdayakannya. Karena Tuhan adalah pembalas dari semuanya ini, seperti yang telah kami katakan dan tegaskan dahulu kepadamu.
7 Allah memanggil kita bukan untuk melakukan apa yang cemar, melainkan apa yang kudus.
8 Karena itu siapa yang menolak ini bukanlah menolak manusia, melainkan menolak Allah yang telah memberikan juga Roh-Nya yang kudus kepada kamu.
9 Tentang kasih persaudaraan tidak perlu dituliskan kepadamu, karena kamu sendiri telah belajar kasih mengasihi dari Allah.
10 Hal itu kamu lakukan juga terhadap semua saudara di seluruh wilayah Makedonia. Tetapi kami menasihati kamu, saudara-saudara, supaya kamu lebih bersungguh-sungguh lagi melakukannya.11 Dan anggaplah sebagai suatu kehormatan untuk hidup tenang, untuk mengurus persoalan-persoalan sendiri dan bekerja dengan tangan, seperti yang telah kami pesankan kepadamu,
12 sehingga kamu hidup sebagai orang-orang yang sopan di mata orang luar dan tidak bergantung pada mereka.


Renungan :

Yang pertama : hidup berkenan kepada Allah.
Dikatakan bahwa jemaat di Tesalonika telah menuruti hidup berkenan kepada Allah. Paulus tidak berhenti dengan kalimat dalam suratnya yang dikirimkan kepada jemaat Tesalonika. Dikatakan “tetapi baiklah kamu melakukannya lebih bersungguh-sungguh lagi”.
Dalam Alkitab King’s James Version, kalimat akhir pada ayat 1 : abound more and more = berkelimpahan lebih dan lebih lagi.
Jemaat Tesalonika menuruti untuk hidup berkenan kepada Allah, namun ada ukurannya hidup berkenan kepada Allah dan jemaat harus melakukannya dengan lebih bersungguh-sungguh lagi. Kita bisa melihat salah satu contoh kisah Nuh dalam Kitab Kejadian 6 : 22, Nuh melakukan semuanya itu; tepat seperti yang diperintahkan Allah kepadanya, demikianlah dilakukannya. Itulah hidup yang berkenan kepada Allah. Bacalah Alkitab untuk mengetahui perintah Allah bagi kita.

Yang kedua : kasih persaudaraan
Hal itu kamu lakukan juga terhadap semua saudara di seluruh wilayah Makedonia (lihat ayat 10). Luar biasa, jemaat di Tesalonika telah melakukan kasih persaudaraan bahkan di seluruh wilayah Makedonia.
Yang menarik adalah kalimat, Tetapi kami menasihati kamu, saudara-saudara, supaya kamu lebih bersungguh-sungguh lagi melakukannya.
Dua kalimat ini seakan-akan kontradiktif atau bertentangan. Di satu sisi, jemaat Tesalonika sudah melakukan kasih persaudaraan di seluruh wliayah Makedonia dan di sisi yang lain mereka dinasihati supaya melakukannya dengan lebih sungguh-sungguh lagi.
Hemmm …
Iya, memang jemaat Tesalonika sudah melakukan kasih persaudaraan, hanya harus lebih bersungguh-sungguh lagi. Seperti umumnya kita mengasihi saudara seiman dan juga orang lain, kita melakukannya seperti biasanya orang melakukannya. Saling tolong menolong, berbagi, berempati satu dengan yang lain, bertegur sapa, saling mendoakan, makan bersama, saling memperhatikan, dan lain sebagainya sedemikian itu saya percaya itupun dilakukan oleh jemaat Tesalonika.
Apa maksudnya?
Kasih persaudaraan yang demikianpun dilakukan oleh orang yang belum percaya! Mungkin mereka melakukannya lebih baik (bukan bermaksud untuk menarik kesimpulan yang demikian). Dan jikalau kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah jasamu? Karena orang-orang berdosapun mengasihi juga orang-orang yang mengasihi mereka. (Lukas 6:32)
Dalam Alkitab King’s James Version, kalimat akhir pada ayat 10 : increase more and more = bertambah, meningkat lebih dan lebih lagi. Jadi seharusnya kita mengasihi harus meningkat lebih dan lebih lagi menuju kesempurnaan kasih seperti yang Tuhan kehendaki dalam Yohanes 15 : 13, yaitu tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya.
Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. (Matius 22 : 39)
Mudah diucapkan, tetapi tentu kita mengerti tidak mudah untuk melakukannya. Saya coba untuk menggambarkan mengasihi orang lain seperti mengasihi diri sendiri.
Ada sebuah kisah, seorang karyawan perusahaan kontraktor di mana dia bertugas sebagai supervisor pembangunan rumah-rumah dan vila. Dia bekerja begitu profesional, disiplin dan hasil pembangunan rumah-rumah dan vila itu bagus, rapih dan kualitasnya baik pula. Dia seorang pekerja keras dan sangat dipercaya oleh atasannya. Dia sudah bekerja dengan atasannya begitu lama, tetapi kurang mendapat penghargaan yang cukup. Gajinya sudah sekian tahun tidak naik. Bahkan rumahpun dia tidak punya bahkan sekarang masih mengontrak rumah. Di dalam hatinya dia menanti-nantikan memiliki rumah sendiri yang bagus. Kelama-lamaan timbul kekesalan dan kekecewaan di dalam hatinya kepada atasannya. Suatu waktu dia dipanggil atasannya dan diberi perintah untuk membangun sebuah rumah. Rumah itu harus besar, megah dan kualitasnya harus bagus. Dengan bersungut-sungut dia menerima perintah untuk membangun tersebut. Dia berpikir untuk membangun rumah itu asal-asalan saja. Karena kekecewaannya kepada atasannya, dia hendak membangun rumah itu dengan kualitasnya biasa. Bahan bangunan yang digunakan dipilih yang biasa pula. Singkatnya dia membangun rumah itu seadanya. Sampai waktu yang ditentukan, diapun menyelesaikan tugas tersebut, lalu menghadap dan melaporkannya kepada sang atasan. Sang atasan memuji supervisioner atas semua pekerjaannya selama ini. Dan ingin memberikan sebuah hadiah kepadanya. Dan hadiah itu adalah sebuah rumah, yaitu rumah yang terakhir dibangun oleh supervisor. Ketika mendengar hal itu, supervisor tertunduk lesu dan tidak menyangka bahwa rumah yang di bangun terakhir dengan seadanya itu adalah rumah yang dihadiahkan kepadanya. Dengan sedih dia harus menerima kenyataan, yang dia pikir rumah itu di bangun untuk orang lain, ternyata adalah miliknya. Jikalau dia membangun dengan sungguh-sungguh, maka dia akan memiliki rumah yang bagus, rapih dan kualitasnya baik.

Saudara yang dikasihi Tuhan. Marilah kita melakukannya dengan dengan lebih bersungguh-sungguh. Amin.
Horas,
Rinto Rain Barry Nainggolan

0 comments:

Posting Komentar