Choir Gbi Bandung

Minggu, 11 Desember 2011

Sepatu berwarna emas

Hari ini, 4 hari sebelum hari natal, suasana natal belum terasa dalam
hati saya. Mobil-mobil sudah menjejali pertokoan yang sudah memberikan
potongan harga. Didalam toko malah lebih parah, kereta barang dan
pembeli terlihat antri di kasir. Saya heran kenapa saya mau datang
hari ini. Kaki saya sudah pegal, dan begitu pula kepala saya sudah
pusing. Dalam daftar belanjaan saya berisi nama-nama teman yang
mengatakan bahwa mereka tidak perlu apa-apa. Tetapi saya pikir, mereka
akan teringgung jika saya tidak memberikan sesuatu kepada mereka.
Mereka sudah mempunyai barang-barang yang mereka butuhkan, dan juga
harganya mahal-mahal. Saya memutuskan membelikan hadiah yang lucu
kepada mereka. Secepatnya, saya mengisi kereta dengan barang-barang
yang saya ingin beli, dan langsung ikut antri untuk membayar. Saya memilih antrian yang paling pendek, tetap saja saya membutuhkan waktu 20 menit untuk mencapai kasir.

Di depan saya, ikut antri 2 anak kecil, yang laki-laki berumur
sekitr 5 tahun, dan yang perempuan lebih kecil. Anak laki-laki
tersebut memakai baju hangat yang lusuh, celana jeans yang kependekan,
dan memakai sepatu kets kebesaran. Sedang adiknya, membawa sepasang
sepatu Wanita berwarna emas yang bagus dan mengkilap.

Lagu natal terdengar di dalam toko tersebut, dan anak perempuan
tersebut ikut menyanyikannya dengan perlahan-lahan dengan gembira,
walaupun dengan suara yang sumbang. Akhirnya kami pun sampai kedepan
kasir. Anak perempuan tersebut dengan hati-hati meletakan sepatu
tersebut didepan kasir, seperti menjaga harta karun.

Kasir tersebut menghitung, dan berkata, "harganya 25.000 rupiah". Anak
laki-laki tersebut mengeluarkan semua uang dari kantung celananya,
meletakannya di meja kasir dan menghitungkannya, dan ternyata
jumlahnya hana ada 12.500 rupiah. Lalu kata anak laki-laki tersebut
kepada adiknya, "Dik, kukira kita harus menaruhnya kembali...." dengan
suara yang sedih. "kita akan datang lagi kapan-kapan, mungkin besok".
Mendengar hal tersebut, adik nya tersedu, dan mengatakan, "Tetapi
Yesus akan suka dengan sepatu ini". Jawab kakaknya, "ya...kita pukang
dulu, bekerja lagi....jangan menangis, kita akan kembali besok..."
Lalu saya katakan kepada kasir bahwa kekurangan anak tersebut saya aka
bayar. Anak itu sudah menunggu lama untuk mendapatkan sepatu tersebut,
dan lagipula masa ini adalah masa natal.
Tiba-tiba, sepasang tangan menyentuh tangan saya, dan anak perempuan
itu mengatakan, "Terimakasih Bu..."

Saya menanyakan kepada anak itu, "kenapa kamu katakan bahwa Yesua akan
suka kepada sepatu itu? " kakaknya menjawab, "ibu saya sedang sakit,
dan akan pergi ke surga....; dan ayah saya mengatakan bahwa ibu saya
mungkin sebelum haro natal sudah pergi, untuk bertemu Yesus".

Adik perempuannya berkta, "Guru sekolah minggu saya mengatakan, di
surga, jalannya terbuat dari emas, seperti warna sepatu itu. Bukankah
ibu saya akan cantik sekali jalan di surga dengan aepatu yang sesuai?"

Mata saya berkaca-kaca ketika melihat air mata anak perempuan itu
mengalir di pipinya. "Ya....saya yakin ibumu akan cantik sekali..."

Di dalam hati saya berterima kaaih kepada Tuhan yang telah memakai
anak tersebut dan mengingatkan saya untuk dapat "memberi dengan tulus
hati"
Terlebih ini adalah natal....

0 comments:

Posting Komentar