Choir Gbi Bandung

Selasa, 20 Maret 2012

BUKU HARIAN NENEK

Diane C. Pearson berkisah, “Nenekku menyimpan catatan harian tentang apa yang dia alami semasa hidupnya. Aku menemukan tumpukan kertas-kertas catatan hariannya itu setelah ia meninggal dunia. Hal-hal yang terjadi setiap hari dicatatnya didalam lembaran-lembaran kertas itu. Salah satu hal yang cukup menyedihkan adalah catatan tentang kesendiriannya dan bagaimana dia menangis setiap hari karena hal itu”.
Diane berhenti sejenak dan menarik nafas panjang. Kemudian dia melanjutkan kisahnya, “nenek menulis ‘suatu hari, Diane menelpon. Merupakan suatu hal yang ajaib bisa mendengar suaranya. “Setelah membaca bagian akhir dari buku harian neneknya ini, Diane sadar bahwa ternyata selama ini dia menjadi orang yang tidak memperhatikan kebutuhan neneknya. Dia adalah ibu muda yang sangat sibuk ketiaka neneknya menuliskan bagian tersebut. Padahal yang dibutuhkan neneknya sangat sederhana, yaitu mendengar suaranya. “Tidak terpikirkan olehku bahwa nenek merasa sendirian. Aku tidak pernah bermimpi bahwa sesuatu yang sederhana seperti menelpon selama 10 menit akan sangat berarti bagi nenek. Aku malu terhadap diriku sendiri, sebab aku bisa menelpon yang lain sesering mungkin. Membaca tulisan nenek tersebut membuatku sadar bahwa menelpon, mengirim surat atau berkunjung dapat membuat perbedaan didalam kehidupan seseorang”, jelas Diane dengan nada menyesal. Sejak kejadian itu, Dieane berusaha sebaik mungkin untuk memperhatikan keluargannya, terutama melalui telpon. Bahkan dia berusaha untuk memperhatikan orang lain, terutama meraka yang merasa sendirian di hari-harinya.
Merasa kesendirian bukan perkara yang sederhana . hal ini dapat berdampak besar didalam kehidupan seseorang. Orang tersebut akan dihantui dengan pikiran bahwa orang lain tidak ada yang memperhatikannya. Dia akan dibayangi dengan perasaan bahwa dirinya tidak berharga. Tidak ada keceriaan yang memancar dari wajahnya. Hidupnya selalu dipenuhi dengan rasa pesimis. Parahnya, dia akan melakukan sesuatu yang merugikan, bisa merugikan diri sendiri atau orang lain. Untuk itu, bukan kebetulan kalau Paulus member kesaksian bahwa bagi dirinya, tidak ada yang namanya “Merasa sendiri”, sebab sahabat sejatinya yaitu Tuhan, selalu datang untuk menghiburnya. Menariknya, dengan perasaan bahwa Tuhan sudah memperhatikannya, maka Paulus dimampukan untuk memperhatikan jemaat Tuhan, terutama jemaat Tuhan yang sedang mengalami tekanan dan aniaya.
Sebagai orang yang sudah diperhatikan Tuhan, kita dituntut untuk memperhatikan orang lain. Kunjungan disaat weekend, bisa membuat orang merasa terhormat. Telepon, sms, dan bbm yang menanyakan kabar atau kesehatan, juga bisa membuat orang merasa berharga. Bahkan, sapaan di pagi dan sore hari bisa membuat orang merasa berguna. Lakukan hal sederhana ini yang akan membangkitkan semangat hidup orang lain.

:)

0 comments:

Posting Komentar