Choir Gbi Bandung

Senin, 19 Desember 2011

RAHASIA MEMBERI DENGAN SUKACITA

NATAL – masa untuk member dan menerima hadia sudah tiba. Sambil memikirkan kegiatan komersialisme yang tampaknya menjadi cirri dalam masa natal, saya mulai berfikir apakah alkitab menuliskan hadiah dan member, yang mungkin dapat membantu. Waktu saya membuka alkitab, salah satu bagian dari khotbah dibukit tampaknya berhubungan erat dengan hal itu. Apbila kita ada di bait Allah, kata Yesus, dan kita mau membawa persembahan kepada Tuhan, dan teringat bahwa ada seseorang yang membenci kita, maka kita harus menunda persembahan itu. Kita harus pergi dan berdamai dulu dengan saudara kita, lalu kembali untuk memberikan persembahan kepada Tuhan; barulah Ia akan menerima persembahan kita dan memberkati kita. Rupanya Tuhan ingin mengatakan bahwa hubunganlah yang terutama; setelah itu baru pemberian.Apabila hubungan nya sudah benar maka pemberian menjadi sangat berharga. Saya ingat pada suatu musim gugur, ayah saya menghabiskan waktu berminggu-minggu membuat hadian natal untuk saya – sebuah tempat tidur boneka, lemari rias, dan lemari untuk barang pecah belah. Sampai hari ini saya dapar memejamkan mata dan melihat dengan jelas perabotan mini itu, di cat putih dengan tombol gelas pada laci dan pintu lemari. Tetapi alas an saya mengingatnya dengan penuh kasih dan rinci ialah karena hadiah itu mengungkapkan hubungan ayah dan anak yang akrab dibalik itu. Perabotan yang dibuat dengan tangan itu seolah-olah menyatakan, “Ayah mengasihimu; engkau berarti bagi ayah – cukup berarti bagi waktu dan usaha ayah yang terbaik”

Hadiah seperti itu merupakan ungkapan kasih yang tidak mementingkan diri sendiri. Apakah begitu juga dengan semua hadian natal yang kita berikan? Bukankah kadang-kadang kita menggunakan benda sebagai hadiah untuk menyembunyikan atau menutupi hubungan yang rusak? Atau – yang lebih umum – bukankah kadang-kadang kita mengambil sikap; “saya memberikan hadiah ini untuk anda karena saya merasa harus member (karena anda mengharapkannya, atau karena anda mungkin akan member sesuatu kepada saya, dan saya harus membalas, atau karena saya benar-benar tidak tahu bagaimana melepas tradisi dari bertukar hadiah yang membosankan dan tanpa sukacita ini)?”

Mungkin pada hari natal ini kita sebaiknya memeriksa apakah dalam dagftar hadiah kita ada pemberian yang termasuk dalam kelompok tersebut. Bila ada, mengapa tidak mencoba menjelaska apa yang lebih dipentingkan. Yesus dalam keadaan sepert ini: pertama-tama mulailah berdamai dahulu dengan saudara anda, lalu berikanlah pemberian anda. Kita dapat mencobanya dengan satu orang. Waktu kita memerikasa daftar yang kita buat, apakah ada diantaranya yang selalu menimbulkan kesulitan bagi kita dalam menemukan hadiah yang sesuai ? apakah waktu berbelanja hadiah untuknya kita merasa tidak enak, apapun hadian yang kita berikan? Ini merupakan cirri-ciri hubungan yang perlu diperbaiki. Setelah kita memilih orangnya, langkah berikutnya adalah menyediakan waktu setiap hari untuk memikirkan dan mendoakan hubungan kita. Apakah orang itu tetangga kita atau rekan sekerja kita? Mungkin kita tidak pernah sungguh-sungguh menganggapnya sebagai seorang pribadi, kita tidak cukup peduli untuk mencari tahu kebutuhan atau kegemarannya. Jalan keluarnya bisa berupa janji untuk makan siang, kunjungan ke rumahnya, setengah jam percakapannya yang sungguh-sungguh. Apakah ada dendam yang lama disimpan tanpa disadari diantara kita atau dalam keluarga? Hubungan ini dapat dipulihkan dengan sebuah surat, pertemuan empat mata, atau pengakuan yang tulus.

Hubungan apapun yang kita pilih untuk diperbaiki dan langkah apapun yang kita ambil untuk memperbaikinya, kita harus menunggu sampai kita puas bahwa apa yang kita lakukan sudah seperti yang dimaksud Tuhan. Setelah itu baru kita melanjutkan dengan memilih sebuah hadiah. Harga tidak menjadi masalah, karena bila diberikan dengan tulus, hadiah kita merupakan ungkapan kasih yang nyata. Apabila kita member dengan dasar kasih, maka kita benar-benar mempersiapakn diri untuk menyambut hari natal, waktu kasih itu sendiri turun ke dunia. Maka bersama dengan orang-orang majus kita juga dapat berlutut dekat palunganNya dan mengucapkan syukur atas hadiah terbersar yang dibeerikanNya.***

0 comments:

Posting Komentar